Sejarah Desa

Sebelum bernama desa Tawangargo, desa ini bernama Sumbersari yang memiliki enam dusun yaitu dusun Leban,dusun Lasah,dusun Ngudi,dusun Kalimalang,dusun Suwaluhan,dan yang terakhir dusun Boro.

A. Sejarah Kepemimpinan Desa Tawangargo

Sejarah Tokoh Pemimpin Desa Tawangargo dimulai pada zaman penjajahan
belanda, Desa Tawangargo pertama kali dipimpin seorang ARIES setingkat kepala desa dan tidak diketahui mulai tahun berapa dipimpin seorang ARIES, berikut nama-nama ARIES yang pernah memimpin Desa Tawangargo :
1.    ARIES SARJO ( — –   1920 )  Dusun Leban
2.    ARIES SARNO/Pak SURTI (1920 – 1930)

Dan pada tahun 1930 Desa Tawangargo mulai dipimpin oleh seorang kepala desa yang konon dilakukan dengan pemilihan langsung oleh rakyat, dan berikut nama-nama kepala desa yang pernah menjabat di Desa Tawangargo :

1.    Bapak TAROP ( 1930 – 1947 ) / Dusun Leban
2.    Bapak SANIN (KERTO HARDJO)( 1947 – 1951 ) / Dusun Ngudi
3.    Bapak SIAMAH ( 1951 – 1957 ) / Dusun Kalimalang
4.    Bapak MUZAEYIN ( 1957 – 1990 ) / Kalimalang
5.    Bapak NARIS EKO RAHARDJO ( 1990 – 1998 ) Dusun Ngudi
6.    Bapak WAHYUDIN,SH, ( 1998 – 2013 ) / Dusun Kalimalang
7.    Bapak FERRI MISBAHUL HAKIM ( 2013 – 2015)
8.    Bapak SUPRIYANTO,SIP /PJS ( 2015 – 2017)
9.    Bapak SUKAR ( 2017 – 202

B. Sejarah Dusun - dusun di Desa Tawangargo

1. Dusun Leban
Diawali dari dusun Leban, bedah krawang dusun Leban bernama Mbah Kisdamu, beliau memiliki sahabat (saudara) yaitu Mbah Sarbo. Mbah Sarbo memiliki seorang anak bernama Mbah Sarpo, Mbah Sarpo inilah yang memiliki anak dan teman-teman yang cukup banyak sehingga Orang dari luar daerah banyak yang datang kesini dan akhirnya membangun dusun yang diberi nama dusun Leban. Diberi nama dusun Leban karena setiap siang dan malam tergenang (keleleban) air dari tanah yang surut di sebelah utara. Pada saat itu para warga mengungsi mencari tempat yang aman untuk memasak ke tempat yang tidak tergenang air. Kemudian para warga bersama-sama membangun atau meratakan tanah agar bisa dipakai memasak. Perkembangannya dusun Leban yang sebelah utara timur ada tanah dan tanaman yang sering terkena banjir, agar tidak terkena banjir lalu dipasang andil/tangkis dan ditanami pohon jambe. Akhirnya tempat itu diberi nama sumber jambe atau beran jambe. Kemudian banyak warga yang membuat rumah disitu, karena bertambahnya rumah  terus menerus hingga akhirnya diberi nama Leban jambe. Selain itu tanah sebelah tenggara terdapat sumber air, sumber air itu dekat dengan rumah mbah Latri. Mbah Latri mempunyai banyak anak sehingga sehingga tempat itu dinamakan Leban Latri.
Berikut susunan Kepala dusun (Kamituwo) Leban dari tahun ke tahun:
1.    Kardi dari tahun 1920-1950
2.    Saniman dari tahun 1950-1992
3.    Sunari dari tahun 1992-2013
4.    Lolok Mersianto dari 2013-2019
5.    Fakih Asori dari 2019-Sekarang

 

2. Dusun Lasah

Yang kedua adalah dusun Lasah, dusun ini juga ada yang bedah krawang namanya Mbah Tasiman ya Mbah Tunggul Wulung. Di daerah sini dulu banyak tumbuhan kopi seperti perkebunan yang sangat luas, banyak buah kopi yang rutuh tidak ada yang memakan sehingga berserakan (blesah) pada perkembangan zaman daerah ini dinamakan dusun Lasah.
Berikut susunan Kepala dusun (Kamituwo) Lasah dari tahun ke tahun:
1.    Sarto dari Tahun 1920-1935
2.    Sidik dari Tahun 1935-1947
3.    Tayib dari Tahun 1947-2001
4.    Li’Ami dari Tahun 2000-2013
5.    Tawar Dani dari Tahun 2013- sekarang

 

3. Dusun Ngudi

Berikutnya adalah dusun Ngudi, yang bedah krawang dusun ini adalah Mbah Glempo. Mbah Glempo dan para warga bersama-sama membuat sungai atau kali (jalan air) untuk menghidupi tanaman di sawah. Setelah sampai di dusun lajar sungai  atau kali tadi terhalang oleh batu, sehingga air tidak bisa mengalir. Batu yang menghambat tadi dihancurkan memakai kapak dan tatah, para warga juga berpuasa maksudnya meminta (ngudi) agar air tadi bisa mengalir ke sawah. Hasilnya air yang dialirkan lewat bawah batu tadi bisa mengalir ke sawah. Batu yang menghalangi aliran air tadi bernama batu gandul Sehingga pada perkembangan zaman daerah ini dinamakan dusun Ngudi.
Berikut susunan kepala dusun (Kamituwo) Ngudi dari tahun ketahun:
1.    Rakiyo dari tahun 1920-1950
2.    Pak Siti dari tahun 1950-1968
3.    Naris dari tahun 1968-1992
4.    Dahlan dari tahun 1992-2013
5.    Imam Subaweh dari tahun 2013- sekarang

 

4. Dusun Kalimalang
Keempat adalah dusun Kalimalang, yang bedah krawang dusun ini adalah mbah Ronggo Bumi yang perempuan bernama Mbah Poniah, orangnya ahli semedi (pertapa) masih kerabat dari pangeran Diponegoro. Bertepatan dengan tanah yang ditempati itu, sungai-sungai banyak yang terdapat di tengah-tengah dusun kearah horizontal (malang). Oleh karena itu dusun ini diberi nama dusun Kalimalang.
Berikut susunan kepala dusun (Kamituwo) Kalimalang dari tahun ke tahun:
1.    Sam dari tahun 1920-1968
2.    Madasim dari tahun 1968-2000
3.    Masrukin dari tahun 2000- sekarang

 

5.  Dusun Suwaluhan
Berikutnya yang kelima adalah dusun Suwaluhan yang bedah krawang dusun ini adalah Mbah Sardo (Mbah Mataram) asalnya dari kerajaan Mataram. Makamnya dikeramatkan di situ dibangun rumah-rumahan (krapyak) sehingga disitu ada dukuh krapyak. Di tanah itu tumbuh banyak tanaman labu (waluh), karena banyaknya tanaman labu (waluh) yang tumbuh disitu akhirnya daerah ini dinamakan dusun Suwaluhan.
Berikut susunan Kebayan Suwaluhan dari tahun ke tahun:
1.    Kunawi dari tahun 1920-1928
2.    Saliyo dari tahun 1928-1942
3.    Wiro Tami dari tahun 1942-1965
4.    Tomo dari tahun 1965-1968
5.    Jayadi dari tahun 1968-1994
6.    Maksum dari tahun 1994-2008

Kemudian pada tahun 2008 Dusun Suwaluhan dipimpin oleh Kamituwo:
1.    Maksum dari tahun 2008-2013
2.    Sujito dari tahun 2013- 2021

3. Wahyu Giri Dhani dari tahun 2022 - 2023

 

 

6. Dusun Boro

Terakhir adalah dusun Boro, orang-orang di dusun ini berasal dari dusun-dusun lain dari desa ini yang membuka hutan untuk lahan tanaman. Orang-orang yang bekerja(boro) di tempat itu tidak pernah pulang dan tidur disitu. Mereka merawat tanaman di situ sampai panen dan sampai menanam tanaman kembali. Lama-kelamaan banyak orang-orang tadi mendirikan rumah disitu, sehingga menjadi dusun Boro. Di dusun boro terdiri dari:
1.    Boro Karangan, orangnya berasal dari karangan
2.    Boro Nggondang, orangnya berasal dari nggondang
3.    Boro Lasah, orangnya berasal dari  Lasah
4.    Boro Kampungan, orangnya berasal dari berbagai daerah
Berikut susunan pengurus pengairan desa (Kepetengan):
1.    Gimok dari tahun 1920-1950
2.    Rais dari tahun 1950-2000
3.    Suwandi dari tahun 2000-2008
Kemudian pada tahun 2008 Dusun Boro di pimpin oleh Kamituwo:
1.    Suwandi dari tahun 2008-2017
2.    Adi Mas setra tahun 2017- sekarang
Akhirnya dari keenam dusun diatas bersama-sama sepakat membentuk sebuah desa, yaitu desa Sumbersari karena di desa ini punya sumber yang besar. Sumber tadi mengeluarkan air yang bercampur dengan tanah dan pasir, tanah dan pasir tadi tertinggal dan yang mengalir bersih dan bening adalah sarinya atau airnya. Oleh karena itu sumber tadi dinamakan sumbersari dan dipakai untuk nama desa, desa Sumbersari. Tidak lama kemudian, ada penjajah dari bangsa Belanda datang ke desa ini. Sumber tadi dibangun (di bueng) oleh bangsa Belanda kurang lebih pada tahun 1928. Semua penduduk dan warga setempat harus patuh pada aturan dan tata cara yang dibuat oleh Belanda, bagi yang melanggar akan dihukum bahkan dibunuh. Tanah tanah persawahan atau ladang di tata di petak-petak (di Petok, di langsir, di krawang,dll) ada tanah yang subur (tanah gogolan), ada tanah yang gersang (tanah beranan),dan lainnya.

Kemudian para pegawai onderan (camat, Kepala desa,dll), perangkat-perangkat desa, para penduduk desa,serta ontener-ontener/pegawai/prajurit belanda bersama-sama bekumpul. Tempat yang dipakai untuk berkumpul di dusun leban sebelah selatan.Tempat yang dipakai berkumpul orang-orang tadi namanya enggon gelangan ( tempat berkumpul untuk musyawarah). Saat berkumpul orang-orang tadi melihat ke arah utara, timur selatan, dan barat sangat  terang (Tawang) terlihat gunung (Argo). Oleh karena itu desa yang dulunya bernama sumbersari ini diganti namanya menjadi desa Tawangargo.